Monolog : Cahaya Meredup
Seperti daun-daun mengering getas dimusim Panen
Berguguran bersama................
Terasa meredup di kala Mentari Bersinar
Demikian detak degub jantung menghitung satu-satu nafas kehidupan
Cahaya Meredup dilebur oleh waktu yang tak menentu
Kian Meredup.......... adakah Harapan?
Demikian ungkapan kepedihan, kecemasan dari para orangtua yang
putra-putrinya menjadi Penderita/Korban Narkoba. Sepanjang hidupnya
terus didera penderitaan lahir-bathin. Begitu mengerikan dampak Racun
narkoba itu! Pilihannya hanya satu, "bisa tertolong, tapi tidak mungkin
100% bersih". Itu pun bagi mereka yang tertolong bisa sembuh adalah
karena "Mukzizat".
Banyak masyarakat tahu 'bahaya Narkoba.' tapi begitu
kita lengah, maka siapa pun menjadi korban berikutnya.
Sudah sejak 1990, puluhan Penderita Narkoba berjatuhan, tapi masyarakat
lebih banyak menutup diri, terutama dalam lingkup keluarganya. Bahkan
banyak orang tidak tahu bagaimana cepatnya 'korban narkoba'
berkembang-biak, bagai penyakit menular. Narkoba terus merajalela secara
perlahan tapi pasti dan secara terorganisir berkenalan, bersahabat
dengan calon-calon korbannya. Sampai dimana para orangtua atau kita
semua bisa mengenal gejala-gejalanya atau setidaknya mengetahui
putra-putri tercintanya telah terlibat "Kecanduan".
Reaksi-reaksi berbeda di kalangan masyarakat umumnya:
- Ada yang tidak percaya bahkan mendiamkan.
- Tak sedikit memang yang menutup-nutupi karena dianggap "aib"
- Bagi yang peduli, kemudian membawa anaknya ke dokter
- Tak jarang justru "Penderita" itu pergi dari rumahnya, bersembunyi berbulan-bulan.
Dan ketika pulang kembali ke rumah justru anaknya diusir! Selesaikah persoalan?
- Menutupi kecemasan kita terus menerus, sementara si penderita
semakin menderita. Rasa "Kecanduan" adalah malapetaka selanjutnya.
- Berbondong-bondong orangtua membawa anak-anaknya ke tempat yang lebih dianggap aman
- Bagi masyarakat yang mampu, membawa lari si penderita; disembunyikan
di luar negeri dengan dalih anaknya bersekolah di negeri orang; Berapa
pun biayanya yang penting "aib" tertutupi. Setelah dianggap sembuh, lalu
kembali ke tanah air. Bila orangtuanya lengah, maka sang anak kembali
kecanduan. Dan tetap saja orangtua yang cinta keluarga mempercayakan
pada dokter-dokter luar negeri. Benarkah menjadi sembuh?
- Bagi masyarakat yang "terpaksa mampu," mengirim Penderita ke
Pesantren di luar kota dengan harapan bisa sembuh. Tapi apakah bisa
sembuh tuntas?
- Yang lebih populer, banyak yang membawa ke Pengobatan Alternatif.
Biasanya adalah para penderita yang sudah dikirim ke tempat-tempat
rehabilitasi, namun cenderung tak tersembuhkan.
Demi anak tercinta, apa pun jenis terapi penyembuhan tersebut di atas,
kita harus memiliki dana ekstra; Biaya pengobatan menguras harta benda
keluarga.
Akibat Fatal Ganasnya "Kecanduan Narkoba"
Penderita narkoba cenderung berpikir tidak rasional, karena bila "Sakaw"
(rasa ketagihan datang), mereka akan berhutang kemana-mana; pinjam uang
ke siapa pun yang ditemuinya. Bila terdesak, mereka akan menjual barang
miliknya, keluarganya dan milik orang lain, bahkan mencuri! Seluruh
benda berharga di rumah akan pindah tangan. Bayangkan!, hanya untuk
mendapatkan 1/2 ons bubuk racun itu mereka tega menjual TV orangtuanya,
sebab terpenting bagi penderita terhindar dari "Sakaw".
Narkoba sudah di depan Pintu-Jendela Rumah Kita
Penderita yang terditeksi menjadi korban Narkoba di tahun 2003 telah
mencapai l.k. 4 juta orang, yang terdiri dari kelompok Anak, Remaja,
Dewasa & Orangtua. Belum lagi yang tak terditeksi. Grafik korbannya
terus meningkat dalam jumlah yang tak terhitung. Ini membuktikan
"Narkoba" telah datang, masuk dekat sekali dari rumah kita; Seakan tak
ada tempat aman dalam kehidupan kita, terusik oleh ganasnya "Racun
Dunia" yang bertambah berani dan berpesta pora merusak tubuh dari anak
bangsa yang tak berdosa. Setiap kali terdengar rintihan kesakitan yang
riuh ramai dalam satu ruang terbatas. Tinggal menunggu berapa ratus
manusia Indonesia setiap hari tak terselamatkan; dan berapa ratus
orangtua meratapi anaknya.
Para orangtua tak berdaya; juga turut terpuruk, di samping kesehatannya
juga secara finansial tak mampu lagi berbuat apa-apa. Mereka yang tidak
kuat terkena depresi, stress, sakit jiwa, dan tidak sedikit pula
orangtua menjadi mata gelap, yang akhirnya lebih memperparah "Si Korban
Penderita Narkoba". Mereka bertambah tak tersembuhkan dan sang anak
dibuang dari keluarganya. Apakah juga hal ini bisa menyelesaikan
masalah? Satu-satu anak bangsa berbakat kita hilang, tewas mengenaskan;
satu-satu para orangtua terserang stroke dan saling mengucilkan diri,
bahkan bunuh diri! Bagi yang peduli nyata, menganggap bahwa racun
narkoba tak lebih dari "Pembunuh Berdarah Dingin". Ia berpesta-pora di
atas keterpurukan ini.
Naiknya Grafik Pengedar dan Korban Berjatuhan, Memprihatinkan! Hanya
orangtua yang berjiwa besar, kuat mental, yang mampu untuk terus tegar.
Juga yang sabar, yang percaya pada mukzizat akan datang, yang masih bisa
bertahan. Tapi, berapa gelintir orang yang mampu seperti itu?
Bagai halilintar di siang hari panas terik, melihat ratusan tersangka,
baik pemakai, pengedar, dan penderita itu adalah justru ibu-bapak-anak
dan tetangganya! Mengapa? Karena mereka, masyarakat yang benar-benar tak
bisa lagi hidup layak. Dan yang membuat hati kita pedih, orangtua
menjadi pengedar hanya karena ingin mengobati anaknya; hanya ingin bisa
makan karena menganggur; hanya karena ingin sedikit mendapat laba guna
membayar hutang yang kian menumpuk dan melilitnya.
Di satu bangunan rumah yang isinya kosong, karena semua sudah habis
tergadai, surat rumah, rumah pribadi, mobil pribadi, sepeda motor,
sepeda, lemari es, TV, perhiasan emas, radio, tape cassette, sepatu,
baju, merupakan daftar yang satu persatu pasti terjual. Bahkan yang
lebih mengenaskan, ada yang mau menjual anak bayi dan anak perempuannya
demi mendapatkan uang.
Sudah seriuskah kita bersama menanggulangi Bahaya Narkoba?
Narkoba telah menjadi masalah serius bersama, namun demikian masih
banyak orang yang melihatnya sebelah mata. Bila anak kita "Korban Racun
narkoba," siapa yang akan menjamin kesembuhan anak kita? Orang lainkah?
Tetangga kitakah? Siapa yang sanggup menyelamatkan? Secara tidak kita
sadari, bila satu orang menjadi "korban," maka sebetulnya yang menderita
adalah 3 orang, yaitu ibunya, bapaknya, dan sang anak sendiri. Walau
pun rambu-rambu penyelamatan anak-anak kita telah dibuat begitu
beratnya, tapi suatu saat kita akan lengah dan terjadilah malapetaka
ini.
Yang aktif, peduli, sibuk, gencar melawan racun narkoba umumnya hanya
putra-putri yang pernah menjadi korban. Begitu luka perasaannya, begitu
duka hatinya, dan sakit tubuh ini seakan "Dunia Runtuh" seketika.
Sekarang ini dapat dihitung dengan jari kelompok yang peduli. Keseriusan
melawan dan berperang dengan racun narkoba ini kurang tersosialisasi
dengan pasti, akibatnya orang masih ragu, takut, enggan bahkan cenderung
tak perduli. Seharusnya tak perlu ragu lagi mengatakan bahwa "Narkoba"
paling dibenci oleh kita semua.
Penanganan yang lebih Manusiawi
Perlukah kita belajar program alternatif lebih manusiawi atau setidaknya
memberi harapan hidup unuk menyongsong masa depannya? Jawabannya pasti
ya!, sebab para Penderita Narkoba umumnya cenderung:
- Tidak sadar/di bawah sadar terhadap apa yang dilakukannya.
- Berkelakuan kurang rasional; tidak kenal dirinya
- Saat "Sakaw" selalu berpikir negatif bila tidak dikontrol
- Pribadinya tidak stabil, kurang percaya diri
- Mudah putus asa dan sangat curiga
- Jiwanya sangat lemah; seperti bayi yang perlu belaian kasih sayang
- Tidak dapat berkonsentrasi pada satu fokus
- Sulit tidur, sehingga tambah melemahkan kondisi tubuhnya
- Cepat letih, pelupa, dan sering tertidur dimana saja.
- Enggan mandi
Bisa kita bayangkan perubahan perilaku seperti diiungkapkan di atas,
membuat kita, orang terdekat akan sedih, malu, meratap, bahkan timbul
rasa kesal, benci, marah. Seharusnya kita ulurkan kedua tangan kita,
peluk, belai penderita dengan kelembutan, beri perhatian 100% terus
menerus, terlebih saat merasa kehilangan sesuatu, gelisah, dan
ketenangan selalu berubah. Akan lebih baik bila kita jujur, siap untuk
merawat sendiri dengan persiapan lahir bathin. Ketegaran kita dan doa 24
jam bisa meringankan jiwa si "sakit". Memang disadari hal tersebut
sangat berat untuk dilakoni!.
Sudah Adilkah Hukuman bagi Pengedar dan Pengguna?
Pertanyaan tersebut sudah seringkali diungkapkan oleh masyarakat, namun
tak pernah terjawab secara memuaskan. Namun demikian, walau
musibah-ancaman narkoba berjalan terus, hal tersebut kita serahkan dan
percayakan sepenuhnya pada pemerintah. Sebenarnya pertanyaan yang tak
kalah pentingnya adalah, Sudah Adilkah kita memperlakukan "Sang
Pengguna" secara manusiawi agar tercapai kesadaran untuk kesembuhan si
korban yang sangat tersiksa berat itu? Dan di sisi lain, pengedar dan
bandar akan bertambah makmur dan berkuasa, berpesta pora, dan justru tak
pernah tersiksa, tidak pernah terpuruk seperti korbannya, terlebih bila
pengedar dan bandar leluasa ke luar-masuk pintu yang terbuka lebar
untuk beraksi terus menerus. Akhirnya, kedua profesi tak terpuji itu
saling menjadi sahabat sejati, sementara si penderita menunggu ajalnya.
Hukuman berat memang kerap dilaksanakan, namun demikian tetap harus
dicari jalan ke luar untuk mempersempit geraknya. Tetapi hukuman yang
adil dan diharapkan masyarakat tidak hanya berhenti sampai di situ;
mereka harus juga disadarkan. Dan tentu saja hukuman yang diberikan
kepada pengguna bukan jaminan dapat sembuh. Mereka perlu diberikan
tempat rehabilitasi gratis atau setidak-tidaknya ringan, murah, dan
terjamin. Penjara bagi korban narkoba harus terpisah dari penjara
umumnya, yaitu di tempat yang jauh dan sulit untuk dijangkau; setidaknya
di luar wilayah kota. Merajalelanya pengedar karena longgarnya
antisipasi kita semua.
Penggalangan Relawan Peduli Narkoba
Diperlukan upaya untuk menggalang para relawan yang peduli tentang
masalah narkoba, dan dapat dimulai dari kelompok kecil keluarga
masing-masing. Di samping itu, pada tempat-tempat tinggal di tiap
wilayah kecil perlu didirikan posko yang bertugas untuk memberikan
penerangan, penyuluhan secara rutin, termasuk klinik gratis bagi
masyarakat yang kurang mampu.
Juga di wilayah kelompok keluarga mampu yang murni berbakti sebagai
relawan peduli perlu dibuka ruang-ruang rahabilitasi darurat, dimana
kepada korban yang sedang menjalani rerabilitasi diberikan
kesibukan/aktivitas positif agar termotivasi sampai dinyatakan sadar.
Untuk penggalangan dana dapat dilakukan bekerjasama dengan Departemen
Sosial, Departemen Agama, Kesehatan, Pendidikan, dan Departemen Tenaga
Kerja serta para donatur dari kalangan relawan peduli.
Perlu dibina kerjasama dan kekompakan dari semua unsur yang menamakan
dirinya warganegara Indonesia, termasuk dengan para negara sahabat. Dan
tak kalah pentingnya adalah membina kembali "Kepribadian si Penderita"
agar tumbuh kembali rasa "Percaya Diri" mereka.
Masalah Pengangguran, Pendidikan, dan Kesehatan Masyarakat
Perlu adanya dana khusus dari pemerintah, yang merupakan dana simpatik
guna menyelamatkan anak bangsa khusus korban narkoba. Dana simpatik juga
dapat diperoleh dari para pengusaha sukses, yang benar-benar secara
profesional dihimpun dengan motto, "Dengan uluran tangan simpatik anda,
anak bangsa terselamatkan dari narkoba".
Yang penting, tergerakkah hati kita semua? Cintakah kita pada anak bangsa dan tanah air?
Andaikan ekonomi Indonesia tidak terpuruk; andaikan pendidikan
benar-benar gratis untuk anak bangsa; andaikan kesehatan terjamin dan
hidup sehat, anak bangsa bisa terhindar dari bahaya narkoba.
Tapi masalah tingginya angka pengangguran juga banyak mempengaruhi,
sehingga pertanyaannya bagaimanakah kita harus bersikap? Jawabnya, kita
jangan manja; kita jangan menunggu; kita jangan tak perduli; kita jangan
hanya menunggu bantuan pemerintah.
Himbauan Simpatik untuk para Pengusaha Sukses
Terapi penyembuhan terhadap para korban narkoba tidak hanya saat
Detoxifikasi, tapi butuh upaya mengarahkan, membimbing, dan memberi
peluang kerja. Karena umumnya mereka punya bakat terpendam, sehingga
tenaga dan keahliannya bisa disalurkan serta mereka dapat kembali
menekuni bidangnya dengan semangat disiplin tinggi.
Untuk itu, para pengusaha sukses seyogianya dapat memberikan
tempat/lapangan kerja bagi mereka, baik di pabrik-pabrik (tempat yang
membutuhkan SDM), Bengkel-bengkel (pelatihan-pelatihan kerja gratis)
maupun workshops (memperkejakan bagi yang berbakat).
Sebagai contoh : Mulia, sangat dihargai
Ada pengusaha mau dan bersedia merekrut 40 tenaga ex-user. Mereka
bekerja, dibimbing seperti anak sendiri, diberi tugas/kesibukan, dan
bagi yang berprestasi diberi penghargaan. Akhirnya, pengusaha menjadi
bangga, orangtua bangga, dan tentu saja ex-user bisa kembali pada
kehidupan normal.
Oleh karena itu, jangan takut bicara bahwa Narkoba itu berbahaya, dan jangan berhenti untuk menolong korban narkoba.
Jangan dibiarkan untuk menyentuh dan mencoba walau sedikit pun.
Tolong mereka yang ingin ber "experimen," hentikan, sadarkan!
Yang tahu tentang narkoba dan penyembuhannya, segera berikan harapan, bimbing dengan kelembutan dan kasih sayang
Saat penyembuhan akhir, ganti atau rubah letak meubel, kursi, meja dan lain-lain.
Jauhkan si penderita dari teman-teman lamanya saat terapi dilakukan
Ganti model/warna busana dengan yang belum pernah dipakainya
Juga ganti asesoris, bahkan model rambutnya
Tampilkan selalu perasaan tegar dan gembira saat merawat
Kuatkan mental kita sebagai yang merawat saat "Sakaw" berlangsung
Seringlah membelai, memeluk, dan bercerita ringan dengannya.
Konsumsikan makanan-minuman / vitamin C
Beristirahat cukup dan tenangkan pikiran
Jangan cemas, baca doa sebanyak mungkin
Jangan dibenci, dimarahi, didiamkan dan dikucilkan
Bila pergi lama cepat dicari, ditemui, dan dijemput
Jangan biarkan teman-temannya menghubungi via telepon atau pun surat
Ajak berolahraga ringan
Jangan dibiarkan melamun
Jadikan teman, sahab at walau kita adalah orangtuanya.
Penyuluhan sebagai Solusi Awal
Penyuluhan dimaksud dapat diperoleh melalui :
a. Forum-forum diskusi
b. Seminar yang bersahabat dan ramah
c. Mengikuti kegiatan interaktif dimana pun agar kita lebih waspada
d. Sering berkonsultasi dan berterus-terang, karena hal itu akan menyembuhkan
stress kita juga.
e. Baca buku mengenai narkoba dan bahayanya
f. Rajin melakukan Conselling gratis dengan menghubungi :
- GRANAT : Gerakan Nasional Anti Narkotika (021-5202342 / 43)
- GERAM : Gerakan Anti Madat (021-5252622)
- Y.C.A.B : Yayasan Cinta Anak Bangsa (021-5665660)
- Y.A.B : Yayasan Asa Bangsa (021-7994314 - 7994628)
- Dapat juga melakukan konsultasi gratis dengan penulis (Titi
Qadarsih) tiap hari mulai pk. 10.00 s/d 24.00 W.i.b (021-7494209)
Harapan
Himbauan bagi Pemerintah dan Departemen yang terkait untuk memulai memprogramkan "Hidup Layak Tanpa Narkoba"
Tiada kesembuhan, kecuali dimulai dari diri sendiri. Tiada jaminan
menjadi sembuh, kecuali kasih sayang. Tak akan mereda "Bahaya narkoba
yang mengancam anak bangsa," kecuali Pemerintah dan Aparat Hukum peduli
terhadap masyarakatnya. Tak ada tempat aman dari ancaman narkoba,
kecuali membentengi keluarga dengan "Keimanan" Akan menjadi "Musibah
Nasional" bila semua lapisan masyarakat kurang peduli akan bahaya
narkoba
Tempat rehabilitasi korban narkoba harus dibangun di banyak tempat di
seluruh Indonesia, dan gratis bagi yang tidak mampu. Bangun Rumah
Lembaga Pemasyarakatan khusus narkoba yang manusiawi di seluruh
Indonesia
Source Here